Tuesday, September 25, 2018
Saya Di Diagnosa Kerikil Empedu, Maag Sampai Gerd Terakhir Kejiwaan
Posted by Mr sumari at September 25, 2018
0 Comments
Thanks admin for allowing me sharing my story.
Background :
24 juli 2017 sore hari, mendadak sakit perut belahan dalam kanan atas, di bawah tulang rangka, saya kira masuk angin, tapi kok makin dibiarin makin sakit, eksklusif gak banyak mikir, pergi ke dokter seorang andal pnyakit dalam.
Setelah menjalani tes darah, urine dan USG, saya di nyatakan harus di rawat inap, dan disarankan utk segera dioperasi, lantaran watu empedu.
25 & 26 juli 2017, saya menjalani masa observasi, termasuk diskusi dengan dokter bedah yang khawatir lantaran berdasarkan beliau, kadar darah putih saya sudah tidak mengecewakan banyak jumlahnya.
27 juli 2017, saya menjalani operasi pengangkatan kantung empedu dan usus buntu, diangkat kantung empedunya, lantaran berdasarkan ekonomis dokter, itu satu satunya cara yang efektif, semoga saya sanggup sehat lagi, dan tidak kambuh lagi, lantaran di masa tiba bila tidak diangkat, dikhawatirkan bila watu empedunya muncul lagi, berarti saya harus keluar duit lagi untuk operasi.
Awalnya saya gak mau diangkat, tapi sehabis melalui proses obrolan panjang, dan diyakinkan bahwa hidup tanpa kantung empedu akan baik-baik saja, kesudahannya saya pasrah. Selain itu saya gak punya pilihan lain, kondisi saya sudah pucat dan lemas (kulit mulai menguning)
Flashback :
Jauh sebelum kejadian tgl 24 juli 2017, saya sudah langganan masuk UGD, keluhanya, tiba-tiba berdiri di tengah malam, setiap meludah berwarna keruh (coklat tua) tenggorokan serasa asam, muntah-muntah dan berakhir di UGD.
Selama setahun belakangan, saya sering sekali menderita sariawan, dan di titik yang sama, verbal saya bau, dan setiap habis sikat gigi, selalu gusi saya berdarah.
Sudah gonta ganti pasta gigi, tetep aja, selalu berdarah.
Nah, dikala saya masuk UGD biasanya saya disuntik (entah obat apa ) dan di berikan obat maag, menyerupai inpepsa/sucralfate (3x1)dan lancid 30mg(1x1). Ada juga domperidone/ranitidine dalam bentuk tablet hisap.
Saat itu saya menerka saya hanya mempunyai penyakit maag, lantaran sering banget masuk UGD. Apalagi ditambah dikala terakhir saya masuk UGD di salah satu rumah sakit di tempat ciputat, dikala saya merayakan ulang tahun teman, makan-makan kemudian tiba-tiba muntah-muntah, kesudahannya saya diantarkan sobat ke UGD, dan dia sendiri dengar dari verbal salah satu dokter bahwa saya menderita maag akut.
Dalam kurun waktu 2 tahun, saya menentukan satu rumah sakit, sehingga medical record saya tercatat rapi, setiap kali masuk UGD, dokter eksklusif tau hanya dengan melihat data saya di layar komputer.
Singkat cerita, pasca operasi saya diharuskan meminum 2 macam obat :
1. Obat pasca operasi dan anti biotik
2. Obat maag, inpepsa dan lancid
Penasaran terhadap obat yang harus saya minum, saya nekat nanya sama dokter saya, mengapa saya harus minum inpepsa/sucralfate dan lancid.
Singkat dongeng lagi, dokter bilang itu obat maag, dan lancid obat GERD.
Saya galau GERD itu penyakit apa? Mengapa setiap minum dua obat itu, perasaan saya malah gak karuan, bahkan saya baca di lembar informasinya salah satu imbas sampingnya, inpepsa sanggup menyebabkan cemas, diare dan gangguan panik, dll.
Selama dua ahad masa pengobatan setiap menjelang malam (sore dan magrib) saya ngerasa pengen mati, setiap ketemu orang bawaanya minta maaf, saya kesal, kenapa dokter gak pernah ngasih pengarahan bahwa orang pasca operasi akan mengalami kondisi menyerupai saya, cemas, sesak nafas/hiper ventilasi, jantung berdetak dan menyerupai skip/anjlok, tidak sanggup tidur merasa ruangan menjadi sempit, dll.
Setiap menuju malam, saya menyerupai orang gila, gak berani masuk rumah, dan sanggup tiba-tiba sesak nafas. Bikin panik seisi rumah.
3 ahad gak ada perubahan, saya ke rumah sakit hermina depok, lagi-lagi dokter meng'iya'kan bahwa LANCID memang obat GERD.
Minggu ke 4, saya periksa ke dokter rumah sakit St. CAROLUS BSD bertemu dengan Dokter seorang andal GERD, dia minta saya di endoscopy, sementara saya gak menyanggupi lantaran biaya mahal.
Akhirnya hingga saya pada satu kesimpulan, mengapa saya dibilang menderita penyakit GERD sedangkan saya belum pernah di endoscopy, darimana dokter tau saya kena GERD ? Apakah dikala saya di operasi, dokter mengintip sedikit melalui kamera ?
Entahlah. Dalam keadaan galau namun tetap berusaha memakai logika.
Obat GErD dan maag, saya hentikan, saya gak minum lagi, saya amati, ternyata gak apa-apa, bahkan maag saya baik-baik saja, tidak ada tanda-tanda begah, sakit dan tanda-tanda lain.
Setelah berhenti minum obat maag dan GERD (inpepsa dan lancid) saya merasa sedikit membaik, hanya cemas, jantung berdetak, dan tenggorokan mengganjal yang masih menyiksa.
kesudahannya saya di sarankan dokter THT untuk ke belahan kejiwaan, sebab, sehabis saya mengeluh kepada doter THT bahwa tenggorokan saya terasa ada yang mengganjel dan sehabis diperiksa tidak ada apa-apa, kesudahannya saya yakin betul, bahwa penyebab semua ini bukan lantaran persoalan di dalam perut, tapi ada konslet di otak saya.
Dari. Dokter seorang andal kejiwaan saya di berikan 2 obat.
1. Obat anti cemas/racikan (2x1)
2. Obat depram (merk dagang DEPRAM 10 mg) (1x1 diminum sebelum tidur)
saya sempat laga argumen, apa hubunganya, semua keluhan saya menyerupai : cemas, panik, sesak nafas, sariawan, tenghorokan ganjel, dll dengan pikiran saya.
Dokter hanya meyakinkan semoga saya mengikuti beliau, dan hasilnya memang benar, sehabis mengkonsumsi secara rutin selama satu bulan, kondisi saya menjadi lebih baik.
Hingga kini, saya masih tetap mengikuti instruksi dokter, saya tahu betul kondisi saya sudah tidak fit menyerupai dulu lagi, untuk itu mmerlukan sumbangan tenaga andal dan obat-obatan.
Ada hal yang menciptakan saya bingung, apakah sakit kantung empedu menciptakan kita cemas, atau pikiranlah yang menciptakan semua organ tubuh bermasalah, atau bahkan tidak ada kaitan antara keduanya.
Saat ini saya masih mengkonsumsi obat dari Psikiater, dia menjanjikan bulan depan saya mulai tahap teppering off atau mengurangi dosis. Jika dan hanya bila kondisi saya semakin membaik.
Semoga dalam waktu dekat, saya sanggup sembuh total, amin.
Moral dari dongeng :
1. Penyakit yang saya derita ini akhir dari gaya hidup dan contoh makan yang kurang baik.
2. Rokok dan kopi terbukti menaikan asam lambung saya.
3. Pengobatan ini tidak akan singkat, namun berproses.
4. Lamanya proses penyembuhan tergantung kepada banyak faktor, salah satunya penerapan contoh hidup 3P (pola makan, contoh pikir dan contoh hidup) sangat efektif.
5. Olah raga ringan, terbukti menciptakan tubuh terasa fit, dan nafsu makan bertambah.
6. Mengkonsumsi obat sesuai hukum sanggup menolong saya menjadi lebih stabil dan produktif di pekerjaan saya.
Sekian, semoga dongeng singkat saya memperlihatkan sedikit citra dan memicu semangat anda untuk lebih sehat lagi amin.
Tags: GERD
Labels
- Aktifitas
- Anak
- Anti Sosial
- Anxiety
- Asam Lambung
- Autisme
- Bipolar
- Broken Home
- Curhat (Curahan Hati)
- Depresi
- Diabetes
- Fobia Sosial
- Gangguan Jiwa
- Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder)
- Gastro Esophageal Reflux Disease
- GERD
- Hipokondria
- Indigo
- Insomnia
- Introvert
- Kekerasan Dalam Rumah Tangga
- lainnya
- Lifestyle
- Makanan
- Motivasi
- Olahraga
- Panic Attack (Serangan Panic)
- Parenting's
- Pengetahuan Kesehatan
- Penyakit
- Penyakit Jiwa
- Phobia
- Psikologi
- Psikosomatik
- Skizofrenia
- Social Phobia
- Stress
- Wanita
Blogroll
Comments
-
Bagaimana Pengaruh Samping Saya Putus Alprazolam 0.5 Mg Jangka Panjang?
-
Cerita Pengalaman Penderita Gerd Yang Sembuh Total Dari Asam Lambung
-
Aku Benci Tidak Menerima / Dianggap Pada Kiprah Kelompok Di Sekolah
-
Pengalaman Hipokondria Aku Selalu Khawatir Mengira-Gira Penyakit
-
Testimoni Sembuh Dari Psikosomatis
-
Asam Lambung Sebab Stress Pikiran Takut Mati
-
Ciri-Ciri Akan Sembuh Dari Gerd Menurut Pengalaman Aku Pribadi
-
Cara Mengatasi Gerd Yang Menyiksa Tanpa Obat Ialah Dengan Pasrah
-
27 Makanan Sehat Untuk Ibu Hamil (Serta Tips Pentingnya)
-
Ulu Hati Diafragma Terasa Penuh Keras Sesak Nafas Kembung Asam Lambung
Popular Posts
- Aktifitas
- Anak
- Anti Sosial
- Anxiety
- Asam Lambung
- Autisme
- Bipolar
- Broken Home
- Curhat (Curahan Hati)
- Depresi
- Diabetes
- Fobia Sosial
- Gangguan Jiwa
- Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder)
- Gastro Esophageal Reflux Disease
- GERD
- Hipokondria
- Indigo
- Insomnia
- Introvert
- Kekerasan Dalam Rumah Tangga
- lainnya
- Lifestyle
- Makanan
- Motivasi
- Olahraga
- Panic Attack (Serangan Panic)
- Parenting's
- Pengetahuan Kesehatan
- Penyakit
- Penyakit Jiwa
- Phobia
- Psikologi
- Psikosomatik
- Skizofrenia
- Social Phobia
- Stress
- Wanita
Labels
Categories
- Aktifitas
- Anak
- Anti Sosial
- Anxiety
- Asam Lambung
- Autisme
- Bipolar
- Broken Home
- Curhat (Curahan Hati)
- Depresi
- Diabetes
- Fobia Sosial
- Gangguan Jiwa
- Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder)
- Gastro Esophageal Reflux Disease
- GERD
- Hipokondria
- Indigo
- Insomnia
- Introvert
- Kekerasan Dalam Rumah Tangga
- lainnya
- Lifestyle
- Makanan
- Motivasi
- Olahraga
- Panic Attack (Serangan Panic)
- Parenting's
- Pengetahuan Kesehatan
- Penyakit
- Penyakit Jiwa
- Phobia
- Psikologi
- Psikosomatik
- Skizofrenia
- Social Phobia
- Stress
- Wanita
Advertisement
Labels
- Aktifitas
- Anak
- Anti Sosial
- Anxiety
- Asam Lambung
- Autisme
- Bipolar
- Broken Home
- Curhat (Curahan Hati)
- Depresi
- Diabetes
- Fobia Sosial
- Gangguan Jiwa
- Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder)
- Gastro Esophageal Reflux Disease
- GERD
- Hipokondria
- Indigo
- Insomnia
- Introvert
- Kekerasan Dalam Rumah Tangga
- lainnya
- Lifestyle
- Makanan
- Motivasi
- Olahraga
- Panic Attack (Serangan Panic)
- Parenting's
- Pengetahuan Kesehatan
- Penyakit
- Penyakit Jiwa
- Phobia
- Psikologi
- Psikosomatik
- Skizofrenia
- Social Phobia
- Stress
- Wanita

Facebook
Twitter
Google+
Rss Feed
0 comments: