Tuesday, September 25, 2018

Cara Mengatasi Gerd Yang Menyiksa Tanpa Obat Ialah Dengan Pasrah

Posted by Mr sumari at September 25, 2018 0 Comments
 Seperti suka solo traveling keliling Indonesia Cara Mengatasi Gerd yang Menyiksa tanpa Obat yaitu dengan Pasrah

Sekedar ingin sharing

Bicara soal kehidupan ku sebelum GERD, termasuk orang yang aktif. Seperti suka solo traveling keliling Indonesia, atau kalau cuma sekedar sempit-sempitan di kendaraan umum pun sudah biasa.
Memang beberapa kali sempat pingsan ketika upacara bendera ketika sekolah dulu, tapi tak lantas menciptakan stress berat apalagi hingga cemas.

Namun, peristiwa tiba pada April 2014, menjelang seminar skripsi saya. Saat itu bus yang biasa membawa mahasiswa ke kampus tidak datang, sedangkan ada hampir ribuan mahasiswa yang menunggu bus. Aku cemas telat hingga ke kampus. Sampai tubuh mulai kesemutan dimulai dari langit-langit mulut, kemudian kepala, hingga seluruh tubuh. Pandangan goyang, bunyi sekitar semakin nyaring dan kesudahannya saya ambruk.

Besoknya terulang kembali, terus hampir setiap hari. Bahkan hingga program wisudaku pun saya dilarikan ambulance ke klinik terdekat alasannya yaitu ambruk duluan sebelum penyerahan ijasah saya terima. Ini salah satu momen tersedih dalam hidupku.

Selama lebih dari setahun semenjak insiden itu, saya hanya meratap. Mondar-mandir rumah sakit, dan tidak ada semangat hidup. Selalu beranggapan bahwa saya akan segera mati. Sampai saya tersadar, ketika ada beberapa sahabat yang pernah menyemangati, justru lebih dulu dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.

Yang kau butuhkan hanyalah seorang teman, dapat berasal dari keluarga juga, yang tulus dan lapang dada berteman denganmu. Seorang sahabat semasa SMAku dengan tulus dan giat selalu mengajakku keliling kota dengan hanya naik motor.

Dia menyuruhku mencicipi panas matahari siang, macet di persimpangan lampu merah, alasannya yaitu jujur kawasan menyerupai itulah yang menciptakan kecemasanku bertambah. Saat kecemasanku datang, temanku terus menyakinkan kalau saya aman, tidak ada yang akan terjadi apa-apa denganku. Alhasil saya merasa kondusif dan kecemasanku hilang. Hal itu ia lakukan hampir tiap Minggu selama bertahun-tahun dan hingga hingga ketika ini. Namun kecemasan selalu tiba ketika saya pergi sendirian tanpa seorangpun yang saya kenal berada di sekitarku.

Sejak ketika itu, saya berhenti mengkonsumsi obat-obatan dari rumah sakit, alasannya yaitu saya sadar sakit yang saya alami bersumber dari rujukan hidup dan pikiran. Yang harus saya benahi yaitu rujukan hidupku dan selalu pasrah akan hal yang belum terjadi.

Aku mulai bekerja, walau hanya sebagai guru private ke rumah-rumah tetangga. Ya, saya belum berani mengajar ke kawasan yang agak jauh, tapi radius lokasi tempatku mengajar semakin hari semakin melebar. Menandakan saya mulai berani! Bukan berarti kecemasan tidak pernah datang, tiba kok, tapi sudah dapat dikendalikan dari pikiran.

Jika ditanya apakah saya sudah sembuh. Aku akan jawab BELUM. Namun sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya. Bukan obat, bukan ratapan, apalagi dukun, yang membuatku lebih baik yaitu impian untuk tetap dianggap ada dalam kehidupan. Jadikan orang-orang yang kau sayang sebagai motivasi untuk berbuat lebih. Emak, Abah, saudara, sahabat, siapapun mereka yang kau sayangi akan turut senang jikalau melihat kamu

Tags:

Share This Post

Get Updates

Subscribe to our Mailing List. We'll never share your Email address.

0 comments:

Recent Articles

Blogroll

Recent News

© 2014 Sahabat sehat.
Powered by Themes24x7 .
back to top