Tuesday, September 25, 2018

Aku Diusir Dari Rumah Di Hari Lebaran, Ibuku Monster

Posted by Mr sumari at September 25, 2018 0 Comments
 Ibu yaitu sosok yang dirindukan bagi pemudik Aku diusir dari Rumah di Hari Lebaran, Ibuku Monster

Ibu yaitu sosok yang dirindukan bagi pemudik, sosok yang baik, penyayayang.

Beda dengan saya, kriteria ibarat itu tidak ada pada ibu saya, beliau lebih ibarat monster. Kata-katanya menyakitkan, merendahkan, meremehkan, bentakan, membanding-bandingkan, penuntut, pemarah, sering
melukai hatiku.

Mulut ibuku tajam lebih tajam dari pisau, beliau sanggup setiap ketika menyayat hatiku bahkan disaat tak terduga, ibarat di momen lebaran ibarat ini, yang umumnya keluarga berkumpul dan bermaaf-maafan. Tapi tidak dengan ibuku.

Pantas saja semalam saya tidak sanggup tidur, ada apa ini? pikirku, tidak sanggup memejamkan mata sama sekali, bolak-balik ke kamar mandi, ternyata paginya saya mendapat ujian ibarat ini.

Pagi-pagi Ibuku sudah marah-marah, merendahkan pekerjaanku, membully. Pakai bilang gajiku yang 10 jt, padahal jelas-jelas saya pengangguran.

Contoh kecil di hari pertama lebaran ini, beliau menyuruhku untuk sholat idul fitri, tapi saya aib lantaran tidak punya pakaian, lantaran saya pengangguran lantaran sakit GERD + Tiroid + Kecemasan.

Dia tidak peduli dengan sakit yang saya derita, lantaran dari luar memang tampak baik-baik saja. Dia hanya lulusan SD. mulutnya bagai pisau.

Saya tidak tahu harus menuliskan kronologisnya bagaimana. mulai dari mana.

Tapi habis lebaran saya mau jual barang-barangku yang tak seberapa, mungkin hanya senilai 2 jt... untuk bekal minggat dari rumah dan bertahan hidup, berharap di luar sana menemukan sobat yang sanggup membantuku untuk sekedar pengaman di ketika saya lagi sakit lantaran jika kumat nyaris tidak sanggup beraktifitas, mual-mual dan senderan di kawasan tidur.

Mungkin nanti ketika minggat saya mati dijalan lantaran tidak punya makanan lantaran penderita asam lambung tidak semua makanan sanggup dimakan, kedinginan lantaran penderita tiroid tidak tahan terhadap udara yang ekstrem cuek atau pun panas. Bahkan untuk menelan airpun tenggorokanku terasa mengganjal, bisa-bisa saya muntah lantaran tenggorokan selalu ibarat tercekik, apa boleh buat saya tidak punya uang untuk ke dokter.

Tubuhku kurus kering tanggapan dari tekanan, sakit hati yang terpendam, saya tidak punya kesempatan untuk mengungkapkan apa-apa di depannya, semua kata-kata direject. Ibuku menganggap semua yang dikatakannya yaitu benar, walaupun sudah jelas-jelas salah. Sangat egois sekali.

Saya kira hidupku masih lebih beruntung, untung tubuhku lengkap. Andai saja saya cacat tidak punya kaki atau tangan mungkin sudah dibuang atau bahkan dibunuhnya dari bayi.

Aku tidak menyangka, saya kira tetangga sebelah yang populer suka mencuri yaitu keluarga yang paling acak-acakan di kampung ku... ternyata bukan, keluarga acak-acakan tersebut ada di rumahku... Iya, itu yang menjadikan yaitu Ibuku.

Ayahku ibarat benci, segalanya diatur oleh ibuku, Ayahku tidak sanggup berbuat apa-apa, beliau hanya membela ibu, lantaran hanya itu yang beliau miliki, Ayah tidak punya power, beliau tidak sanggup bekerja tanpa Ibu.

Di umurku yang sudah 30 tahun ini harusnya saya sudah menikah, tapi nyatanya saya yaitu pengangguran. Aku tidak mau menikah dengan uang orang tuaku, lantaran mereka selalu perhitungan mengungkit-ungkit apa yang sudah mereka berikan.

Cukup sudah apa yang selama ini saya makan dari mereka.

Dari kecil saya terbiasa mandiri, bahkan barang-barang yang saya peroleh semuanya hasil kerja kerasku, bajuku, handphone ku, motorku, laptop, dan semua yang saya punya.

Sekarang saya tidak punya apa-apa, saya tidak punya siapa-siapa. Aku tidak punya harta juga tidak punya keluarga.

Saudara-saudaraku, om, tante-tante ku... mereka sangat benci keluargaku.. semuanya bermusuhan.

Mungkin lantaran sifat ibuku yang egois ibarat monster. Keluargaku dijauhi. Bahkan sepeninggal kakek dan nenekku.. lantaran merepa meninggal bareng hanya selang satu hari. Orang tuaku, om-om ku, tante-tanteku saling berebut harta warisan. Aku tidak menyangka. Saya pikir saya lahir dari keluarga suci yang agamis dan cendekia mengaji atau hanya aku  yang merasa sok suci.

Saat ini jiwaku hancur, pikiranku hancur, yang ada dipikiranku ketika ini yaitu pergi dari kawasan ini dan tidak pernah balik lagi untuk selama-lamanya.

Saya butuh seorang teman, tapi saya tidak punya satupun teman, saya dari kecil sengsara tidak ada yang mau dekat-dekat, bahkan bajupun tidak pernah ganti, hanya 3 stel saja, hingga teman-temanku hafal, oleh alasannya itu saya dijauhi.

Sepertinya sudah cukup saya mengungkapkan perasaanku di sini... tapi tolong-menolong ada segudang uneg2 yang mengganjal di dadaku... dadaku sesak oleh tanggapan Ibuku sendiri. Tidak semua ibu itu baik.

Hari ini saya menggunakan pakaian terburuk yang saya punya, iya sobek-sobek ibarat orang gila... Aku tidak peduli lagi dengan orang di sekitarku... Memang saya gila, saya gila, saya gila!!!

Share This Post

Get Updates

Subscribe to our Mailing List. We'll never share your Email address.

0 comments:

Recent Articles

Blogroll

Recent News

© 2014 Sahabat sehat.
Powered by Themes24x7 .
back to top