Tuesday, September 25, 2018
Cerita Seorang Gay Jatuh Cinta Lokasi Sesama (Jangan Ditiru, Dapat Kena Azab)
Posted by Mr sumari at September 25, 2018
0 Comments
Salam semuanya,
Maaf sebelumnya, saya mau numpang curhat panjang. Saat ini saya berada di titik terendah saya. Umur saya 25 tahun. Mulanya saya berpikir saya punya depresi saja, kemudian pergi ke psikiater dan
ternyata saya menderita Bipolar alasannya memang kadang sanggup jadi workaholic dan kurang tidur, dan kadang mood sanggup benar-benar down hingga malas berdiri dari kasur. 1 tahun terakhir ini sungguh terasa sangat berat dan fase depresi saya lebih mendominasi. Saya menyayangi orang yang salah.
Sebenarnya saya juga ialah seseorang yang mempunyai orientasi seksual sejenis, tapi saya tidak pernah berani untuk bekerjasama dengan sesama gay. Saya hanya dongeng jikalau saya gay pada psikiater saya saja.
Saat ini saya bekerja di bidang konservasi satwa liar, saya tinggal dalam 1 camp dengan orang lain, tetapi memperoleh kamar sendiri. Hal ini sudah saya lakukan selama 2 tahun.
Awalnya masih terasa biasa saja, hingga kesudahannya saya jatuh cinta pada seorang staf lokal. Seorang cowok desa umurnya beda 11 bulan dengan saya. Dia sudah beristri dan beranak. Dia tinggal 1 desa dengan campnya. Dari awal saya mencoba untuk menolak auranya, tetapi alasannya sering bekerja 1 tim dan beliau sering dongeng perihal backgroundnya beliau hingga kesudahannya saya tak berpengaruh lagi membohongi diri saya jikalau saya cinta dia.
Dia ini orangnya cuek, pemalu, pekerja keras, tapi kurang teroganisir. Membuat saya simpati dan ingin selalu meringankan beban hidupnya alasannya kami digaji tidaklah cukup banyak, bahkan beliau sambil berkebun juga untuk menafkahi anak-istri.
Siang panas-panas berkebun, malam dingin-dingin kerja pengamatan sikap satwa malam. Beberapa bulan berlalu, kami makin erat (dia masih belum tau jikalau saya suka dia), banyak canda tawa dilalui bersama, bahkan pernah beberapa kali dinas ke luar kota sekamar sama dia, bikin saya tambah jatuh ke dalam pesonanya (untung saya masih sanggup menahan nafsu saya untuk tidak ngapa-ngapain dia).
Kadang saya ngasih perlakuan beda ke beliau dibanding staf lain, bahkan saya suka nyelipin bonus ke beliau dan akal-akalan bilang “itu dari boss alasannya kau udah kerja keras”.
Kadang staf lain iri pada dia, tapi saya selalu ada untuknya. Saya udah korbankan banyak majemuk untuk dia, bahkan saya selalu meninggikan etos kerjanya di depan boss, hingga kami diperbolehkan dinas ke Jogja dan Bali berdua sama beliau (Dia ga tau dibalik itu saya yang berperan).
Karena beliau cowok desa yang hambar dan ga pernah berpikiran sanggup pergi sejauh itu, beliau ga terlihat senang saya bawa ke sana. Alih-alih senang, beliau teringat sama anaknya, insan yang paling dicintainya lebih dari istrinya sendiri. Saya memang tidak mengharapkan beliau sanggup menyayangi saya kembali, tetapi saya berharap supaya beliau tahu jikalau saya itu orang selain keluarganya yang terbaik untuk beliau dan ngasih perhatian ke saya lebih.
Hingga suatu hari, selepas saya pulang dari NTT 2 mingguan, beliau tidak menanyai kabar saya. Ya memang beliau cuek, tapi dalam hati saya berkata, sama best friend sendiri kok gitu. Tibalah saya jadi badmood.
Dia tanya kenapa, saya jawab “lu mah gitu, lu dateng jikalau ada maunya, giliran temen lagi butuh, kemana lu?”. Dia hanya jawab “Oh maaf, bukan maksud gua kayak gitu. Mulai besok lagi ga bakal minta tolong lu lagi deh”. Alih-alih minta maaf eksklusif dan ga merubah sikapnya, selepas itu beliau bener ga mau minta tolong lagi.
Hingga kesudahannya saya baikan lagi dan saya juga yang mesti minta maaf alasannya ga berpengaruh didiemin dia. Manipulatif memang. Waktu berlalu, saya mulai merasa sadar bahwa seberapa banyak pengorbanan yang saya berikan ke dia, beliau tidak akan merubah sikapnya (karena memang beliau egonya tinggi).
Saya berusaha menjadi sobat yang tidak akan merubah sikap seorang sobat itu sendiri. Semakin saya sadar, semakin saya sakit hati dan makin depresi, tapi saya tetep bermotto “asal beliau bahagia”, bahkan rela mengorbankan nyawa saya sendiri demi dia.
Tapi hal itu tetap menciptakan saya depresi. Saya juga sadar, walau saya keluar dari pekerjaan ini, saya takut hal sama terjadi lagi, saya tidak akan sanggup menikahi seorang wanita. Saya takut. Saya selalu berpikiran untuk bunuh diri tapi saya kasihan sama ortu dan adik saya (karena saya yakin itu akan mengubah adik saya) hingga saya berdoa semoga saya segera mati saja.
Saya pun kesudahannya tetapkan pergi ke psikiater. Saya kena bipolar. Dokter menyarankan untuk mengurangi intensitas kontak dengan dia. Saya lakukan itu tapi hanya bertahan 2 minggu, saya lelah sendiri tanpa dia.
Awal Maret 2018, saya menyalahkan beliau atas suatu pekerjaan. Tapi beliau menyangkal dan menciptakan saya lebih marah. Kekesalan saya merupakan akumulasi dari kekecewaan terhadap beliau selama ini.
Saya juga iri ketika beliau dekat dengan rekan kerja lain, padahal sayalah sobat kerja yang selalu ada untuknya, rekannya ini juga suka iri sama prestasi dia. Bahkan sempat saya dongeng saya depresi pun beliau tidak terlalu peduli (ntah beliau galau menyikapinya atau memang beliau ga peduli).
Kami sudah sekitar 2 bulan tidak bicara. Di situ saya merasa ada sedikit kebebasan alasannya saya tidak perlu mengkhawatirkan beliau lagi, terutama jikalau beliau sanggup shift jam 11 malam – 5 pagi yang dinginnya minta ampun.
Tapi saya juga cape sendiri lagi, hingga kesudahannya saya minta maaf lagi ahad lalu. Selama kami bertengkar, saya menciptakan keputusan resign pada awal Juni. Minggu terakhir saya minta dijadwalkan kolaborasi beliau lagi.
Terealisasi lah hal itu, kami masih sempat ngobrol dan update kabar terbaru, sedikit tawa juga muncul, tapi tiap kami kerja bareng, rasanya sudah tidak sama lagi sejak pertengkaran besar kami, padahal ahad kemudian ialah ahad terakhir saya.
Harapan saya ialah beliau menaruh perhatian paling besar ke saya. Hari ini ialah hari terakhir saya ada di kawasan kerja. Kemarin sudah farewell party sambil bukber, tapi beliau ga terlalu peduli, bahkan beliau ga ngomong sedikit pun (Memang kita biasanya jikalau di depan banyak rekan kerja lain, kita jarang ngobrol, entah beliau aib sama saya mungkin).
Padahal saya berharap beliau juga ngomong atau becandain saya. Saya sempat down dan bikin drama semalam, selepas bukber, rekan-rekan ngajak karaoke (saya fans berat karaoke) dan mereka udah booking. Karena udah ga ada mood dan rasanya pingin nangis (dan si beliau juga ga ikut), saya nolak. Mereka pun bertanya-tanya. Saya pun pulang sambil nangis dan mereka tetap karaoke.
Hari ini saya mencoba mengumpulkan teman-teman lagi, alasannya besok saya akan pulang. Saya WA dia, tapi belum kunjung dibales. Saya takut beliau ga akan muncul nanti malam atau besok pas saya pulang. Setelah semua yang dilalui, saya merasa murung alasannya beliau lah yang terpenting bagi saya dikala saya pulang.
Dan jikalau beliau muncul pun, saya juga bingung, ntah mau bilang yang sebetulnya jikalau saya menyayangi beliau atau tidak.
Saya juga belum siap untuk pulang dengan kondisi begini, saya takut tidak sanggup mengendalikan diri saya hingga ortu melihat anaknya begini. Tapi saya juga tidak mau tetap disini berlama-lama alasannya hanya ada luka yang tersisa.
Sepanjang saya hidup, belum pernah ada yang bikin hati saya sesakit ini kecuali dia. Dalam hati, jujur, saya hanya menginginkan beliau dan ingin beliau tau betapa saya mencintainya. Kalau memang hubungan kami sudah rusak begini, apakah sebaiknya saya ceritakan ke beliau jikalau saya cinta dia? Rasanya pingin lenyap.
PERINGATAN KERAS!!!
CERITA DI ATAS TIDAK BOLEH DITIRU!!!! BISA KENA AZAB! DAN ITU DOSA BESAR!!! KARENA MELAWAN KODRAT!!!
MANUSIA DICIPTAKAN BERPASANG-PASANGAN ADA LAKI-LAKI & PEREMPUAN.
Tags: Curhat (Curahan Hati)
Labels
- Aktifitas
- Anak
- Anti Sosial
- Anxiety
- Asam Lambung
- Autisme
- Bipolar
- Broken Home
- Curhat (Curahan Hati)
- Depresi
- Diabetes
- Fobia Sosial
- Gangguan Jiwa
- Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder)
- Gastro Esophageal Reflux Disease
- GERD
- Hipokondria
- Indigo
- Insomnia
- Introvert
- Kekerasan Dalam Rumah Tangga
- lainnya
- Lifestyle
- Makanan
- Motivasi
- Olahraga
- Panic Attack (Serangan Panic)
- Parenting's
- Pengetahuan Kesehatan
- Penyakit
- Penyakit Jiwa
- Phobia
- Psikologi
- Psikosomatik
- Skizofrenia
- Social Phobia
- Stress
- Wanita
Blogroll
Comments
-
Bagaimana Pengaruh Samping Saya Putus Alprazolam 0.5 Mg Jangka Panjang?
-
Cerita Pengalaman Penderita Gerd Yang Sembuh Total Dari Asam Lambung
-
Aku Benci Tidak Menerima / Dianggap Pada Kiprah Kelompok Di Sekolah
-
Pengalaman Hipokondria Aku Selalu Khawatir Mengira-Gira Penyakit
-
Testimoni Sembuh Dari Psikosomatis
-
Asam Lambung Sebab Stress Pikiran Takut Mati
-
Ciri-Ciri Akan Sembuh Dari Gerd Menurut Pengalaman Aku Pribadi
-
Cara Mengatasi Gerd Yang Menyiksa Tanpa Obat Ialah Dengan Pasrah
-
27 Makanan Sehat Untuk Ibu Hamil (Serta Tips Pentingnya)
-
Ulu Hati Diafragma Terasa Penuh Keras Sesak Nafas Kembung Asam Lambung
Popular Posts
- Aktifitas
- Anak
- Anti Sosial
- Anxiety
- Asam Lambung
- Autisme
- Bipolar
- Broken Home
- Curhat (Curahan Hati)
- Depresi
- Diabetes
- Fobia Sosial
- Gangguan Jiwa
- Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder)
- Gastro Esophageal Reflux Disease
- GERD
- Hipokondria
- Indigo
- Insomnia
- Introvert
- Kekerasan Dalam Rumah Tangga
- lainnya
- Lifestyle
- Makanan
- Motivasi
- Olahraga
- Panic Attack (Serangan Panic)
- Parenting's
- Pengetahuan Kesehatan
- Penyakit
- Penyakit Jiwa
- Phobia
- Psikologi
- Psikosomatik
- Skizofrenia
- Social Phobia
- Stress
- Wanita
Labels
Categories
- Aktifitas
- Anak
- Anti Sosial
- Anxiety
- Asam Lambung
- Autisme
- Bipolar
- Broken Home
- Curhat (Curahan Hati)
- Depresi
- Diabetes
- Fobia Sosial
- Gangguan Jiwa
- Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder)
- Gastro Esophageal Reflux Disease
- GERD
- Hipokondria
- Indigo
- Insomnia
- Introvert
- Kekerasan Dalam Rumah Tangga
- lainnya
- Lifestyle
- Makanan
- Motivasi
- Olahraga
- Panic Attack (Serangan Panic)
- Parenting's
- Pengetahuan Kesehatan
- Penyakit
- Penyakit Jiwa
- Phobia
- Psikologi
- Psikosomatik
- Skizofrenia
- Social Phobia
- Stress
- Wanita
Advertisement
Labels
- Aktifitas
- Anak
- Anti Sosial
- Anxiety
- Asam Lambung
- Autisme
- Bipolar
- Broken Home
- Curhat (Curahan Hati)
- Depresi
- Diabetes
- Fobia Sosial
- Gangguan Jiwa
- Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder)
- Gastro Esophageal Reflux Disease
- GERD
- Hipokondria
- Indigo
- Insomnia
- Introvert
- Kekerasan Dalam Rumah Tangga
- lainnya
- Lifestyle
- Makanan
- Motivasi
- Olahraga
- Panic Attack (Serangan Panic)
- Parenting's
- Pengetahuan Kesehatan
- Penyakit
- Penyakit Jiwa
- Phobia
- Psikologi
- Psikosomatik
- Skizofrenia
- Social Phobia
- Stress
- Wanita

Facebook
Twitter
Google+
Rss Feed
0 comments: